Sabtu, 23 Juni 2012

Riset: Flu Burung Bisa Jadi Wabah Mematikan


Organisasi kesehatan World Health Organization (WHO) mengumumkan data terbaru yang mengagetkan: 332 orang telah meninggal karena virus flu burung sejak 2003. Pengumuman ini tak pelak memunculkan kekhawatiran baru, terlebih setelah peneliti menemukan ada lima perubahan genetika yang bisa membuat virus H5N1 ini menjadi pandemi pembunuh manusia. 

Kesimpulan itu dipublikasikan kepala tim peneliti dari Pusat Medis Erasmus di Belanda, Prof. Ron Fouchier, pada jurnalScience. Dia berharap penelitiannya itu akan mempercepat proses penemuan vaksin dan obat anti penularan dari ancaman mematikan mutasi flu burung. 
Selama ini, virus flu burung dianggap baru menular apabila manusia melakukan kontak dengan burung yang terinfeksi. Kini, WHO kini memiliki kekhawatiran baru. Virus H5N1 ternyata bisa bermutasi menjadi bentuk yang mudah menular pada manusia, hanya melalui batuk dan bersin yang menyebar melalui udara.  
Bentuk baru virus ini ditakutkan akan menjadi pandemi mematikan yang dapat menyebar cepat ke seantero muka bumi dan bisa membunuh puluhan juta orang. Hasil studi ini bahkan telah menancapkan keyakinan di kalangan para ahli atas bahaya virus ini. 
Tim peneliti Prof. Fouchier menyelidiki perubahan genetika yang diperlukan untuk membuat virus H5N1 bermutasi menjadi bentuk yang bisa menular dari orang ke orang melalui udara. Mereka membandingkan struktur genetika virus flu burung dengan pandemi flu pada manusia. Peneliti menemukan ada lima kunci perubahan yang membuat mereka memperkirakan perlu ada mutasi untuk membuat virus bisa menyebar melalui udara.  
Menurut Time.com, tim Fouchier meneliti perubahan genetika yang tampak pada virus H5N1 yang pernah menyebabkan pandemi penyakit manusia pada tahun 1918, 1957, dan 1968. Mereka menyuntikkan virus flu pada musang karena anatomi mereka dianggap merupakan model yang pas untuk menunjukkan cara kerja influenza di tubuh manusia. 
Semula, virus ini tidak bereproduksi secara efisien pada musang. H5N1 juga tidak mampu menyebar lewat udara dari satu binatang ke binatang lain. 
Tim peneliti lalu mengulang penyebaran virus mutan dengan tiga perubahan genetik. Mereka memasukkannya ke dalam saluran hidung musang sehingga virus bermutasi pada inangnya sendiri. Sampel virus dari hidung dan paru-paru binatang dikumpulkan dari musang yang terinfeksi jenis virus asli.  
Peneliti menggunakan jenis virus ini untuk menyuntik hewan selanjutnya, dan begitu seterusnya. Metoda ini meniru proses alami penyebaran virus antar hewan dan manusia. 
Fouchier menemukan setelah perubahan kelima, virus mulai bermutasi. H5N1 berubah menjadi lebih efisien dan berkembang di saluran pernapasan musang itu. Setelah 10 kali berpindah, H5N1 bahkan bisa menyebar di udara. Kemampuannya berpindah meningkat, dari musang yang terinfeksi lalu menyerang musang di sekitarnya melalui udara. 
Tim Fouchier menyatakan penularan ini terjadi ketika tiga dari empat musang dipisahkan secara fisik dari yang terinfeksi. Musang yang tadinya sehat, belakangan terinfeksi partikel influenza yang dilepaskan musang yang sakit. 
Mereka menyimpulkan, secara genetis, mutasi virus H5N1 bisa menyebar melalui batuk dan bersin. “Sedikitnya perlu ada 5-10 mutasi untuk membuat H5N1 dapat menyebar melalui udara,” ujar Fouchier. 
Menyoroti mudahnya virus ini bermutasi, kelompok ilmuwan lain yang dipimpin Fouchier di Erasmus juga melaporkan hasil studi mereka pada jurnal Science. Di antara dua mutasi yang umum beredar di antara jenis H5N1 yang kini menginfeksi unggas, salah satunya muncul dari sekitar 30 persen jenis baru H5N1. Setengah dari jenis ini bisa menginfeksi burung dan manusia. Hanya perlu sekitar tiga kali mutasi untuk virus ini bisa menular via udara dari mamalia ke mamalia. 
Sementara itu, tim peneliti dari Universitas Cambridge, Inggris, meneliti bagaimana mutasi ini terjadi secara alamiah. Mereka mempelajari struktur genetika 3.000 virus burung dan 400 yang menjangkiti manusia. 
Mereka menemukan beberapa virus ini memilki dua kunci perubahan yang diperlukan untuk mengubahnya menjadi penyakit menular melalui udara. Model matematika yang mereka kembangkan menunjukkan betapa virus ini berpotensi berkembang dalam tiga tahap lanjutan. Ini kondisi yang dibutuhkan untuk menjadikannya epidemik.
Yoshihiro Kawaoka dari Universitas Winconsin dan koleganya pun telah mempublikasikan penelitian serupa pada jurnal Inggris, Nature, pada edisi Mei 2012. Menurut AFP, mereka menjelaskan berdasarkan percobaan virus H1N1 2009 atau flu babi, virus bisa menular melalui udara setelah melalui serangkaian mutasi dan penyusunan ulang materi genetik.
Senjata biologi
Pemerintah Amerika Serikat semula berupaya menahan agar penelitian ini tidak menyebar. Mereka ingin merahasiakan daya mematikan virus H5N1 karena khawatir dapat disalahgunakan sebagai senjata biologi. Soalnya, inilah untuk pertama kalinya sejumlah penelitian menyimpulkan flu burung ternyata bisa menyebar melalui udara; meski para peneliti belum mengetahui dengan pasti cara terjadinya.    
Studi Yoshihiro Kawaoka yang dipublikasikan pada jurnal Nature edisi Mei 2012, misalnya, membuat Dewan Penasehat Keamanan Nasional AS untuk Bioteknologi (NSABB) khawatir. Mereka meminta Nature--juga jurnal yang mempublikasikan temuan penelitian Fouchier--pada November lalu untuk mengedit kembali bagian-bagian yang dianggap sensitif dari hasil penelitian itu. NSABB meyakini informasi tentang temuan ini bisa disalahgunakan teroris untuk menciptakan senjata biologi.
Fouchier dan Kawaoka sepakat menunda publikasi temuan mereka. Tapi, mereka sangat ingin melanjutkan penelitian untuk melihat pengaruhnya pada manusia. Terutama, tentang cara virus jenis baru ini menyebar pada manusia.
Setelah ditunda selama lebih dari enam bulan, penelitian Fouchier akhirnya bisa dipublikasikan di jurnal Science pada Kamis, 21 Juni 2012. Adapun penelitian Kawaoka dirilis di bulan Mei lalu. NSABB memutuskan dua makalah ini lebih banyak manfaatnya untuk dipublikasikan, ketimbang mudaratnya.  
Temuan ini menyadarkan betapa dekatnya kita dengan bahaya pandemi influenza yang mematikan.  
Virus H5N1 menyebar dengan mudah pada burung dan bisa membunuh hewan ini dengan mudah. Buat manusia, wabah ini tak kalah mematikan. Dari 606 kasus infeksi H5N1 pada manusia sejak 2003, hampir 60 persen di antaranya berakhir dengan kematian. Jika benar virus ini bisa terbang dari satu orang ke orang lain melalui udara, hanya melalui bersin dan batuk, niscaya ia bisa menciptakan pandemi yang mengerikan buat umat manusia di muka bumi ini.

0 komentar:

Posting Komentar